Jakarta I Lensabisnis.com – Fasilitasi Kementerian Perdagangan pada kegiatan penjajakan bisnis (business
matching) bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berhasil mencatatkan nilai transaksi
sebesar USD 13,86 juta untuk periode Januari—Maret 2025. Nilai transaksi ini terdiri atas pemesanan
pembelian (purchase order/PO) senilai USD 3,91 juta dan potensi transaksi USD 9,95 juta.
Menteri Perdagangan Budi Santoso mengapresiasi capaian tersebut. Mendag Busan juga menegaskan
produk-produk UMKM dari Indonesia diminati pasar global.
“Pada periode Januari—Maret 2025, business matching yang telah dilaksanakan mencatatkan hasil yang
baik dengan nilai transaksi mencapai USD 13,86 juta. Nilai ini terdiri atas pemesanan pembelian sebesar
USD 3,91 juta dan potensi transaksi sebesar USD 9,95 juta. Hal ini menunjukkan bahwa produk-produk
UMKM dari Indonesia diminati pasar global,” kata Mendag Busan.
Sepanjang Januari—Maret 2025, telah dilaksanakan 219 kegiatan business matching. Kegiatan ini terdiri
atas 145 pertemuan pelaku UMKM dengan para perwakilan perdagangan RI di luar negeri (pitching) dan
74 pertemuan dengan pembeli (buyer) mancanegara.
Menurut Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Fajarini Puntodewi, keberhasilan
yang dicapai merupakan kontribusi banyak pihak, terutama para pembina UMKM. “Pembina UMKM telah
berperan aktif dalam membimbing serta merekomendasikan pelaku usaha binaan mereka. Kolaborasi yang
solid ini menjadi faktor utama dalam meraih hasil yang maksimal,” kata Puntodewi.
Puntodewi menambahkan, Kemendag akan terus memperkuat sinergi kegiatan ekspor. Dalam hal ini,
Kemendag akan memperkuat kerja sama dengan para pembina UMKM, kementerian, dan lembaga untuk
mengoptimalkan hasil capaian business matching. Business matching sendiri menjadi upaya memperluas
akses pasar pelaku UMKM melalui program Kemendag, yaitu UMKM Berani Inovasi, Siap Adaptasi (BISA)
Ekspor.
“Business matching akan terus berlanjut pada triwulan II 2025 dengan mempertahankan intensitas
pelaksanaan serta melibatkan lebih banyak UMKM. Kami juga terus berkoordinasi dengan pembina UMKM
dalam mengkurasi pelaku UMKM yang sesuai dengan permintaan buyer,” ujar Puntodewi.
Puntodewi optimistis potensi transaksi yang dihasilkan dari business matching akan terus meningkat
seiring dukungan penuh dari para perwakilan perdagangan RI di luar negeri untuk promosi ke
mancanegara. Puntodewi memastikan koitmen Kemendag untuk terus mengawal setiap potensi transaksi
hingga terkonversi menjadi realisasi transaksi.
“Di tengah tantangan dan ketidakpastian perekonomian global, Kemendag akan terus berupaya
menciptakan peluang transaksi dagang untuk mendorong kinerja ekspor Indonesia. Kami berusaha untuk
meningkatkan ekspor melalui berbagai strategi, termasuk membuka pasar baru dan perluasan
pemanfaatan perjanjian dagang,” kata Puntodewi.
Kemendag menjalankan promosi produk Indonesia ke luar negeri melalu perwakilan perdagangan RI di luar
negeri. Para perwakilan perdagangan, yang terdiri atas Atase Perdagangan, Konsul Perdagangan, dan
Indonesian Trade Promotion Center (ITPC), memegang peran strategis dalam memfasilitasi pertemuan
antara pelaku UMKM dan buyer di luar negeri.
Pada periode Januari—Februari 2025, total ekspor nonmigas Indonesia tercatat sebesar USD 41,18 miliar,
atau naik 10,86 persen dibandingkan periode yang sama pada 2024. Beberapa produk utama ekspor
nonmigas dengan nilai tertinggi pada periode tersebut, antara lain, bahan bakar mineral (HS 27) sebesar
USD 5,46 miliar, lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) sebesar USD 5,08 miliar, besi dan baja (HS 72)
sebesar USD 4,11 miliar, dan mesin dan perlengkapan elektrik lainnya (HS 85) USD 2,63 miliar. Pangsa
utama ekspor nonmigas Indonesia pada periode tersebut, yaitu Tiongkok, Amerika Serikat, India, dan
Jepang dengan total nilai mencapai USD 18,78 miliar.
Maret 2025, Kemendag Gelar 73 Kegiatan dan Capai Transaksi USD 5,09 Juta
Puntodewi menjelaskan, pada Maret 2025, kegiatan business matching mencatatkan nilai pemesanan
pembelian sebesar USD 5,09 juta. Nilai transaksi ini terdiri atas pemesanan pembelian sebesar USD 563
ribu dan potensi transaksi USD 4,53 juta.
Pemesanan pembelian berasal dari Jepang untuk produk camilan kacang, minuman herbal dari daun kelor,
buah beku kering, pasta ubi beku, keripik tempe, dan gerabah dengan nilai USD 489 ribu. Selain itu,
pemesanan pembelian juga datang dari Arab Saudi untuk produk tempe dan kecap senilai USD 73 ribu.
Pada periode tersebut, telah terlaksana 73 kegiatan business matching yang terdiri atas 54 sesi pitching
dan 19 pertemuan dengan buyer. Business matching Maret 2025 diikuti 138 UMKM. Produk-produk yang
diikutsertakan, antara lain, produk pertanian, tepung porang, bahan baku utama pembuatan sabun (soap
noodle), rumah kayu untuk sanggraloka (challete), furnitur, rempah-rempah, kosmetik dan perawatan
kulit, produk perikanan, kopi, produk herbal, makanan olahan, santan, dan sarang burung walet.
“Selama Maret 2025, kegiatan business matching berhasil mempertemukan pelaku UMKM Indonesia
dengan lebih dari 19 buyer yang berasal dari 15 negara mitra dagang,” kata Puntodewi.
Business matching Maret 2025 juga melibatkan 18 pembina UMKM dalam mendampingi dan
merekomendasikan UMKM binaan. Beberapa di antaranya, yaitu Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat
Indonesia (BRI), Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), PT Asuransi Asei Indonesia (ASEI), PT
Pelabuhan Indonesia Persero (Pelindo), Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia (BI
Desk), UMKM go Export, Bank Jatim, Bank Syariah Indonesia (BSI), PT Perusahaan Perdagangan Indonesia
(PPI), dan Export Center.